Kalau dalam sepakbola, kemenangan ditentukan berapa banyak gol yang dicetak dikurangi jumlah kemasukan gol. Secantik apapun permainan suatu tim, kalau tidak bisa mencetak gol, apalagi kalau malah kemasukan gol, tidak akan menang.
Dalam pilpres pun demikian, kemenangan ditentukan berapa banyak jumlah suara yang diraih. Selama jumlah suara yang memilih seorang capres lebih besar daripada jumlah suara yang tidak memilihnya, maka dialah pemenangnya. Tidak ada artinya seorang calon punya prestasi baik dan kinerja memuaskan, jika itu tidak bisa membuat sebagian besar pemilih menjatuhkan pilihan kepadanya.
Pastinya Ahok masih cukup populer untuk jadi kandidat capres. Namun aturan hukum yang berlaku mengganjal mantan napi seperti Ahok, yang divonis dengan pasal yang ancaman hukumnya lebih dari 5 tahun walau vonisnya tidak sampai 5 tahun, untuk bisa maju jadi capres, selama DPR tidak mencabut pasal-pasal yang mengganjal itu.
Kalaupun dicabut dan Ahok jadi capres, kemungkinan menang juga tipis. Masih cukup banyak orang Indonesia yang tidak mau Indonesia dipimpin "Cina kafir". Bahkan Ahok pun mengakui stempel dirinya sebagai "penista agama" menjadi beban bagi partai manapun yang mau mengusungnya.
Sumber : Status Facebook Alexander Siagian
Opini 26/01/2021 14:24
Opini 26/01/2021 13:30
Opini 26/01/2021 10:00
Opini 26/01/2021 08:25
Opini 25/01/2021 15:05
Opini 25/01/2021 13:00
Opini 25/01/2021 07:50
Opini 23/01/2021 10:05
Opini 23/01/2021 07:08
Opini 22/01/2021 12:34
Opini 22/01/2021 10:20
Opini 22/01/2021 09:30
Opini 22/01/2021 08:25
Opini 21/01/2021 19:46
Opini 21/01/2021 12:00
Opini 21/01/2021 08:33
Opini 20/01/2021 14:25
Opini 20/01/2021 10:02
Opini 20/01/2021 09:30
Opini 20/01/2021 08:00
Opini 19/01/2021 21:30
Opini 19/01/2021 19:00
Opini 19/01/2021 15:35