Oleh : Muhammad Jawy
Saya....
Menyayangkan sikap HRS yang terkesan membiarkan keramaian yang berpusat pada dirinya yang berpotensi menambah kasus positif Covid19.
Menyayangkan sikap HRS dan timnya yang tidak mau terbuka soal COVID19, padahal ini adalah situasi pandemi dimana pemerintah butuh data siapa yang positif supaya penanganan bisa dilakukan lebih baik.
Berlindung kepada klausul kerahasiaan data pasien itu sungguh ketidaktahuan yang tidak berfaedah, karena bahkan selevel pejabat pun statusnya harus diketahui pemerintah. Pemerintah bisa memilih untuk tidak menyampaikan informasinya ke publik, tergantung dari manfaat atau mudharatnya.
Dalam banyak kasus dinas kesehatan bisa merahasiakan status pasien, namun umumnya para pejabat publik, tokoh publik, mereka dengan nuraninya sendiri mengumumkan hasil statusnya kepada masyarakat, sebagai upaya kewaspadaan bagi mereka yang sempat berinteraksi dengannya. Ini bentuk pertanggung-jawaban kemanusiaan, common sense yang amat dasar.
Padahal sebagian pendukung HRS secara politik, ada yang biasanya cukup rasional dalam topik COVID19, bahkan cukup kritis. Saya kasihan ke mereka karena sekarang sepertinya jadi bingung bersikap.
Meskipun demikian, fakta tetap fakta, tidak bisa bercampur dengan hoaks. Ketidaksetujuan saya terhadap sikap HRS yang abai dengan penanganan COVID19, tidak membuat saya berhenti mengklarifikasi hoaks yang menimpa HRS. Kemarin di RRI PRO3 saya jelaskan dua hoaks yang mentarget HRS.
Ketidaksukaan kita terhadap seseorang tidak seharusnya membuat kita mentolerir hoaks dan fitnah. Karena perkubuan itu bukan masalah dukung mendukung siapa, tetapi apakah kita akan memilih jalan rasionalitas atau sebaliknya, fanatisme buta.
Sumber : Status Facebook Muhammad Jawy
_80.jpg)
.jpg)
