Media Abal-Abal dan Pembohong

Indah Pratiwi - 17/05/2022 22:22
Ditulis Oleh : Muhammad Abdulkadir Martoprawiro

Daftar dari Rentang Tahun 2014-2018

Dalam daftar di bawah ini, belum dimasukkan situs baru yang muncul di rentang 2018-2022. Menjelang Pilpres 2024, diduga situs abal-abal akan bertambah.

Sebagian media yang disebut di bawah ini, lahir sebelum tahun 2014, menjelang Pilpres 2014 yang semakin mengandalkan “cyber campaign”. Berbeda dengan situs-situs koran gadungan pada tulisan sebelumnya (republika.com–news.com dll.), situs-situs di bawah ini tidak memalsukan media mainstream yang ada.

Nama situs tidak meniru nama media yang memiliki dewan redaksi. Situs-situs itu sering memuat kebohongan, hoaks, pelintiran, hasutan, ujaran kebencian, percikan kemarahan, false flag, dan fitnah. Kadang tidak kentara, karena dicampur dengan berita yang benar, yang tentu dibuat lebih banyak. Berikut daftar situs tersebut: asiasatu online, eramuslim, faktakini com, gelora co, konfrontasi, korannonstop, nahimunkar org, netralnews, nonstopnews, oposisi net, pekanews, pesisirnews, portal-islam, portalpiyungan, postberitakota, posmetro, sigabah com, sindikatpost, suaraislamindonesia, swamedium, swarakyat, swarasenayan, teropongsenayan, uzonews, dll.

Bagaimana kebohongan dikenali? Cek dengan melakukan pencarian, juga mengecek informasi ke sumber primer. Untuk suatu berita bohong, hasil pencarian menunjukkan, berita itu muncul secara hampir merata di semua situs yang disebut di atas, tapi tidak muncul di Kompas, Detik, Tempo, Republika, dll. Kalaupun muncul, isinya berbeda, dan setelah dicek ke sumber primer, berita di Kompas, Repubika, dll,. tsb. lebih akurat. Kalau pencarian dilakukan mundur ke belakang, kadang ditemukan sumber berita pertama, berupa tulisan di situs yang tidak jelas, dan tanpa nama penulis. Kadang nama penulis hanya disebut “Admin”.

Begitulah ciri berita bohong. Muncul hampir bersamaan di banyak situs abal-abal di atas, tapi tidak muncul di media mainstream. Apa yang membedakan media manistream dan media abal-abal? Media mainstream memiliki dewan redaksi. Media abal-abal tidak memilikinya, dan tidak juga tercatat namanya sebagai perusahaan pers di Dewan Pers. Pada awal tahun 2018, Menkominfo menyatakan ada 43.000 portal berita online. Dari sebanyak itu, yang sudah terverifikasi baru 100 media. Verifikasi dilakukan dengan mengecek ada-tidaknya penangggung jawab situs, dll.

Ternyata sangat banyak portal berita yang tidak menyebutkan nama penanggung jawab atau pemilik, apalagi dewan redaksi. Media abal-abal menciptakan realitas palsu, seolah terjadi, seolah ada, seolah benar, dengan kemunculan berita palsu itu pada saat yang sama, di banyak tempat. Dengan cara itu, situs pencarian seperti Google, akan dipenuhi oleh berita palsu itu, dan berita yang benar “terkubur”.

Ada dua situs lain yang pernah memuat berita fitnah, tapi tidak semasif media abal-abal di atas yaitu rri co id dan jawapos. Tapi setelah itu, mereka membuat ralat, dan mengakui, ternyata reporternya tidak mengikuti SOP untuk mengecek narasumber. Ternyata reporternya mengutip dari akun anonim atau akun palsu di Internet. Bersiaplah menghadapi banjir berita bohong, hoaks, pelintiran, hasutan, ujaran kebencian, percikan kemarahan, false flag, dan fitnah, menjelang Pilpres 2024. Bersiaplah pula untuk menjadi orang yang sabar, tapi tetap peduli pada kebenaran.

Sumber : Status Facebook Muhammad Abdulkadir Martoprawiro

TAG TERKAIT :
Berita Hoaks Media Hoaks Media Abal-Abal Media Pembohong

Berita Lainnya