Opini

Pancasila Itu Ngajarin Banyak Hal…

Indah Pratiwi - 19/09/2022 08:40
Ditulis Oleh: Muhammad Jawy
FOKUS : Pancasila

Salah satunya adalah menghormati mereka yang memiliki keyakinan yang berbeda. Menghormati bukan berarti kita menyetujui dengan prinsip keyakinan yang lain, tapi kita bisa tetap teguh dengan keyakinan kita tanpa harus mencemooh keyakinan orang lain di ruang publik.


Ketika mendapat sebuah pendapat yang menurut kita ganjil atau pemandangan yang aneh, maka lihat dulu, ini domainnya apa? Kalau ini terkait keyakinan orang lain, maka tahan diri, jangan komentar aneh-aneh, apalagi di ruang publik seperti media sosial.

Tidak setuju itu wajar saja, namanya juga beda keyakinan, pasti ada banyak perbedaan, tapi hati-hatilah dalam merespon di media sosial. Sayangnya banyak kejadian ketika kegagapan memahami keyakinan orang lain, kemudian berujung ejekan dan olokan, dan ini berbahaya bagi negeri kita yang masyarakatnya sangat beragam.

Jangan mengukur baju orang lain menggunakan badan sendiri

Contoh kasus, ketika muncul ada video prosesi Rambu Solo, prosesi pemakaman ada Toraja, ada beberapa komentar di medsos yang pernah saya ingat…

“Untung agamaku nggak pakai goyang-goyang keranda kayak gitu”

atau

“Wah pemborosan, daripada dihamburkan, mending dijadikan sedekah untuk orang miskin”

Nah ini contoh kegagapan ber-Pancasila, karena tidak sepatutnya memberikan komentar menyakitkan kepada mereka yang memiliki keyakinan seperti masyarakat Toraja.

Kalau Anda merasa prosesi menurut keyakinan Anda lebih baik, ya silakan saja, tapi tidak perlu diungkapkan dengan komentar yang menyakiti orang lain.

Keyakinan Ning Imaz

Ning Imaz merupakan tokoh pesantren yang rutin memberikan pengajian kepada masyarakat. Ia sedang membahas bahasan dari sebuah kitab tafsir Quran yang sangat terkenal di kalangan umat Islam, yaitu Tafsir Ibnu Katsir.

Ning Imaz sedang menjelaskan dalam tafsir tersebut perbedaan situasi lelaki dan perempuan dalam surga.

 

 

 

Domain bahasan ini adalah keyakinan, sehingga kalau ada yang lain keyakinan dan tidak setuju, itu wajar saja, tapi tidak untuk diekspresikan ke media sosial atau ruang publik lainnya. Apalagi ditambah olokan.

Kejadian yang melibatkan influencer papan atas kemarin ini semoga menjadi pelajaran bagi kita untuk bisa serius memahami pentingnya menghormati keyakinan orang lain yang berbeda.

Sebagaimana dulu HRS juga penah memantik kontroversi dengan kalimatnya yang disebar pengikutnya di media sosial, “Kalau Yesus Anak Tuhan, maka siapa bidannya?” Ini juga contoh buruk yang sepatutnya dijauhi oleh umat Islam.

Kita sama-sama sebal ketika ada politikus yang menjual agama dengan harga murah demi suara, dan menimbulkan kontroversi ketika musim politik. Hal ini kita lawan dengan mengajak masyarakat untuk tetap kritis dan rasional.

Bukan dengan offside menyinggung keyakinan orang lain di ruang publik.

Sebagai muslim, saya juga mengharapkan saudara saya tidak terjatuh menistakan keyakinan orang lain di ruang publik. Ketidaksetujuan simpan di ranah privat, tidak untuk diekspose ke ruang publik. Demikian juga ketika ada kawan agama lain yang tidak setuju dengan keyakinan Islam, maka diharap juga tidak perlu ekspose atau jadi bahan konten di media sosial.

Sudah cukup M Kece, Yahya Waloni yang merasakan dinginnya lantai penjara gegara mereka gagal ber-Pancasila dalam hal menghormati keyakinan orang lain ini.

(Sumber: Facebook Muhammad Jawy)

TAG TERKAIT :
Pancasila

Berita Lainnya