Politik

Kunci Anies Dipegang PKS dan Demokrat

Indah Pratiwi - 14/12/2022 15:05
Ditulis Oleh: Pepih Nugraha

Tulisan ini tidak menyoroti betapa bersemangatnya Anies Baswedan berkampanye sebelum musimnya tiba di berbagai daerah, juga memblenya Baswalu menangani “kampanye dini” yang sebagian orang menganggap sebagai “curi start”, melainkan lebih kepada dinamika di Koalisi Perubahan yang kelak bakal mendorong Anies sebagai calon presiden.


Adalah PKS, satu dari anggota Koalisi Perubahan -dua lainnya Nasdem dan Demokrat- yang membuat gebrakan kalau tidak mau disebut sebagai “main mata” dengan partai koalisi lainnya. Kedip-kedipan mata PKS ini bukan main-main, sebab bisa langsung menggagalkan usaha Anies yang berambisi menggantikan Jokowi sebagai Presiden RI dan kadung sudah diketahui publik secara luas itu.

Perlu diketahui, Koalisi Perubahan ini sangat rentan jika di dalamnya tidak solid. Satu saja di antara anggota koalisi itu hengkang, bubarlah koalisi itu, terjegal pula ambisi Anies yang ingin maju sebagai capres di Pilpres 2024.

Benar bahwa sebagaimana yang ramai diberitakan, Anies didukung bohir yang sudah terang benderang sosoknya dengan memberinya fasilitas jet pribadi ukuran besar, tetapi itu tidak cukup membuatnya aman. PKS dan bahkan Demokrat sangat rentan untuk bergoyang (tepatnya digoyang) bahkan salah-salah bisa hengkang.


Mengapa Nasdem berada dalam posisi yang harus sekuat tenaga menjaga agar Koalisi Perubahan ini terwujud, karena Nasdem melalui Surya Paloh itulah yang jauh-jauh hari mendorong Anies sebagai capres, tidak peduli dan tidak sadar diri kalau Nasdem sesungguhnya bagian dari koalisi pemerintah. Ada tiga kader Nasdem yang kini jadi pembantunya Jokowi. Etika? Ah, cincailah itu…!!

Di luar perhitungan “mendagangkan” Anies dari Aceh sampai Papua dengan maksud mendongkrak elektabilitas dan memperkenalkan sosok capres mendatang, tanpa PKS dan Demokrat angan-angan hanya tinggal angin belaka. Jadi kunci Anies maju sebagai capres sesungguhnya sangat tergantung pada PKS dan Demokrat itu.

Lalu mengapa muhibah politik Anies ke berbagai daerah tanpa menambah embel-embel dua partai rekanan dan hanya menonjolkan Nasdem semata? Ini adalah cara Surya Paloh menciptakan “coat-tail effect”, di mana nanti Nasdem mendapat limpahan suara dari simpatisan Anies. Mungkin ini sudah terjadi kalau merujuk kepada hasil survei terbaru.


Sampai di sini, cerdik juga boss Nasdem ini meski usahanya sungguh terlihat vulgar, ambisius, dan gerak cepat tetapi mungkin sangat diperlukan di dunia politik. “Siapa cepat dia dapat”, demikian pepatah mengatakan.

Tidak disertakannya PKS dan Demokrat dalam lawatan atau muhibah politik Anies menggunakan jet pribadi super keren itu menjadi penanda: ada yang belum beres di internal Koalisi Perubahan. Di sisi lain, Surya Paloh dengan berbagai fasilitas dan koneksi yang dimilikinya, sudah tak sabar “gacoannya” ingin segera berkantor di Istana Negara.

PKS dan Demokrat membaca gerak Nasdem yang “kesusu” dalam mengkampanyekan Anies sebelum masa kampanye Pilpres tiba di saat persoalan cawapres bagi Anies belum selesai. Mereka punya kunci masing-masing, yakni posisi tawar yang sangat tinggi. Mereka tahu, tanpa PKS dan Demokrat, Anies akan layu sebelum berkembang.

Di sisi lain, Demokrat dan PKS tentu berrbut pengaruh siapa di antara mereka yang kadernya layak mendampingi Anies. Ini tidak mudah karena baik PKS maupun Demokrat menghitung juga “coat-tail effect” dan investasi jangka panjang cawapres yang diusung.

Maka berkembanglah anggapan bahwa Demokrat bisa merapat ke Pemerintah dengan menempatkan Agus Harimurti Yudhoyono sebagai menteri di sisa kepemimpinan Jokowi. Portofolio “menteri” dan “pernah memimpin pemerintahan” ini sangat diperlukan AHY sebagai modal untuk mencalonkan diri, baik sebagai capres maupun cawapres.

Disebut-sebut pula, bakal hadirnya Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono yang tak lain ayahanda AHY memenuhi undangan pernikahan Kaesang putra Jokowi, sebagai pertanda kemungkinan merapatnya Demokrat ke pemerintah, meski sesungguhnya masih terbentur faktor Megawati. Tetapi dalam politik segala kemungkinan tetap terbuka.


Nomenklatur “pernah jadi menteri” ini penting di saat AHY memang belum pernah menjabat sebagai pimpinan eksekutif di pemerintahan dalam berbagai tingkatan. Untuk kontrasnya, orang tidak akan meragukan kemampuan Puan Maharani di sisi pemerintaah wong dia pernah jadi menteri dan kini bahkan Ketua DPR.

Sedang PKS, partai berbasis Islam puritan ini lebih leluasa lagi; bisa bergabung ke pemerintah dengan menempatkan kadernya sebagai menteri komunikasi dan informasi, misalnya, atau yang santer disebut-sebut bisa rujuk kembali dengan Gerindra sebagai “partner abadi”. Prabowo Subianto tentu akan dengan senang hati mendapat tambahan amunisi PKS ini.

Nah, jika manajemen Koalisi Perubahan tidak dikelola dengan baik, dalam arti Surya Paloh minim komunikasi dengan PKS dan Demokrat, layu sebelum berkembang-nya Anies Baswedan sebagai capres akan menjadi kenyataan.

Sejujurnya, Anies sangat potensial dan berpeluang menjadi Presiden RI setelah Jokowi.

(Sumber: Facebook Pepih N)

TAG TERKAIT :
Anies Baswedan Anies Anies Capres Nasdem Anies Capres Pembohong Anies Capres Terbodoh Anies Capres Kadrun

Berita Lainnya