News

Soal Potensi Banjir Besar Besok, Peneliti BRIN : Jalan 'Tol Hujan' Mulai Terbentuk Pagi Ini

Jalan 'tol hujan' dari laut ke darat mulai terbentuk pagi ini (27/12) dari pukul 03.00 WIB. Tol hujan ini bernama badai squall line di laut (Samudra Hindia) yang bergabung dengan badai konvektif skala meso (MCC) yang terbentuk di darat dengan inti badai di atas wilayah Banten dan sekitarnya

Aisyah Isyana - 27/12/2022 16:12

Beritacenter.COM - Erma Yulihastin, selaku Peneliti klimatologi pada Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menyebut tol hujan terbentuk pagi ini. Dimana tol hujan yang disebut memicu terjadinya banjir besar ini terjadi dari laut ke darat.

"Jalan 'tol hujan' dari laut ke darat mulai terbentuk pagi ini (27/12) dari pukul 03.00 WIB. Tol hujan ini bernama badai squall line di laut (Samudra Hindia) yang bergabung dengan badai konvektif skala meso (MCC) yang terbentuk di darat dengan inti badai di atas wilayah Banten dan sekitarnya," ujar Erma kepada wartawan, Selasa (27/12/2022).

Selain itu, Erma menyebut tol hujan ini juga sebagai jalan badai untuk mengakumulasikan energi, sehingga badai dapat bertahan lama. Erma menyebut, tol hujan ini dapat menimbulkan banjir besar di Jabodetabek.

"Jalan tol hujan ini tak hanya menjadi penghubung bagi suplai kelembapan kontinu dari laut ke darat, tapi sekaligus menjadi jalan bagai badai untuk mengakumulasikan dan mentransfer energinya sehingga badai yang terbentuk bisa bersifat long-lasting atau bertahan lama (lebih dari enam jam), bahkan juga bisa mengalami multiplikasi energi ketika berada di Selat Sunda (Yulihastin et al., 2022-under review)," jelasnya.

"Mekanisme inilah yang dapat menimbulkan banjir besar di Jabodetabek sehingga harus kita waspadai," sambungnya.

Lebih lanjut, Erna menyebut badai squall line kerap terjadi belakangan ini. Dimana badai itu muncul dengan ditandai terjadinya banjir rob.

"Badai squall line sendiri marak terjadi sepanjang musim dan sangat terkait dg banjir rob parah. Studi kasus 2020 telah kami kaji relasi antara badai dan rob parah saat itu. Tentu La Nina memberikan dukungan kelembapan, tapi dari data-data yang ada, kasus-kasus seperti ini akan sering dan selalu terjadi asalkan ada gaya pembangkitnya, yaitu vorteks atau siklon," terang Erma.

Selain itu, Erma menyebut perubahan cuaca juga akan berdampak pada gaya pembangkit badai.

"Persoalannya kemudian adalah, saat ini dan di masa mendatang, perubahan iklim telah berdampak pada peningkatan frekuensi terjadinya vorteks, baik yang terbentuk di Samudra Hindia dekat Sumatera maupun di perairan Indonesia. Bahkan, mekanisme pembentukan siklon Seroja yang berdasarkan statistik sangat langka (100-200 tahun sekali) kini telah meningkat menjadi setahun sekali," pungkasnya.

TAG TERKAIT :
Banjir BMKG Cuaca Cuaca buruk Badai BRIN Tol Hujan

Berita Lainnya