Opini

MEREKA BILANG GA USAH BANGGA KALAU BANGUN BENDUNGAN AJA DARI NGUTANG  

Indah Pratiwi - 28/12/2022 00:41
FOKUS : Jokowi

 

Idenya adalah tentang bagaimana rakyat mendapatkan air. Rakyat mendapatkan hak akan kecukupan air sesuai dengan standar yang baku.

 

Ketika data berbicara, negara kita adalah merupakan negara kepulauan yang sangat besar dengan jumlah penduduk mendekati angka 280 juta jiwa. Sementara potensi air permukaan yang ada adalah sekitar 2,78 triliun meter kubik. Itu lebih dari cukup.


Menjadi masalah, potensi air tersebut ternyata tidak merata dalam skala tempat dan waktu.


Dan maka sejak Jokowi berkuasa pada 2014, dia mulai membangun bendungan. Bukan hanya 10 atau 15, tapi beliau telah menetapkan sekitar 60 bendungan harus sudah dubangun hingga 2024 nanti.


Menurut perhitungan, bila kita mampu menyelesaikan 60 bendungan itu, itu akan meningkatkan pemanfaatan air untuk sistem irigasi dari 11 persen menjadi 20 persen.


Dengan pasokan air yang tak putus, intensitas tanam pun mampu dinaikkan menjadi dua kali lipat setahun atau paling tidak tiga kali lipat per dua tahun.


"Bagaimana realisasinya?"


Hingga akhir tahun 2019, pemerintah telah menyelesaikan 1 juta hektare area irigasi dan melakukan rehabilitasi 3 juta hektar saluran irigasi yang sudah ada.


Hingga tahun 2024 nanti kita masih butuh 500 ribu hektar untuk area irigasi baru dan harus merehabilitasi 2 juta hektar jaringan irigasi lama.


Pada tanggal 20 Desember ini, kembali pak Jokowi meresmikan bendungan. Kali ini Bendungan Semantok yang terletak di Kabupaten Nganjuk Jawa Timur beliau resmikan.


Bendungan Semantok ini memiliki kapasitas tampung sangat besar yaitu 32,67 juta m3 dengan luas genangan mencapai 365 ha dan dapat mengairi sawah hingga sekitar 1.900 hektar.


Bendungan ini sendiri telah dibangun sejak 2017 dan menghabiskan anggaran Rp 2,5 triliun.


"Ngutang lagi to duitnya?"


Bila benar duitnya didapat dari ngutang misalnya, bagi orang pintar, orang yang mengerti konsep bisnis, ini adalah jenis hutang yang baik, hutang untuk produktivitas.


Ini seperti anda leasing mobil untuk kepentingan bisnis atau usaha. Setelah 2 atau 3 tahun lunas, anda ambil lagi mobil baru. Cicil lagi, dan tahu - tahu pada tahun ke 6 anda pun sudah punya 4 atau bahkan 5 armada. Ini jelas bukan jenis hutang konsumtif.


Lain dengan pengalaman mereka yang melihat mobil adalah demi status. Mereka rela jual sawah misalnya, lalu hasil jualan itu dijadikan DP. Mereka rela mencicil mobil itu demi naik kelas dan ketika gagal bayar mereka marah.


Dan entah bagaimana caranya, yang mereka tahu hanyalah bahwa mereka telah menjadi miskin karena sebab telah berhutang.


Itu beda kasus. Itu bukan kesalahan atas makna HUTANG. Itu salah kegiatannya. Itu kegiatan konsumtif dan jauh dari makna produktif.


Beda dengan masif pembangunan banyak bendungan. Kelak ketika 60 bendungan itu selesai, akibat dari proyek itu akan meningkatkan pemanfaatan air untuk sistem irigasi dari 11 persen menjadi 20 persen.


Dengan pasokan air yang tak terputus, intensitas tanam pun menjadi dua kali lipat dalam setahun atau paling tidak menjadi tiga kali lipat per dua tahun, jelas adalah tentang target sebuah kegiatan yang produktif. Ini tentang nalar. Ini tentang sebuah cara logis bila kita ingin maju.


Selain itu, pasal 33 ayat 3 yang berbunyi bumi air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.


Itu jelas berbicara tentang siapapun yang menjadi pemimpin harus mensejahterakan rakyat.


Menguasai air dengan cara membangun bendungan dan kemudian dipergunakan sebesar besarnya bagi kemakmuran rakyat adalah tentang perintah UNDANG UNDANG.


Ini tentang hal wajib bagi siapapun yang menjadi pemimpin di Indonesia, dia harus berpihak pada rakyat.
.
.
RAHAYU
.
Karto Bugel

TAG TERKAIT :
Presiden Jokowi Jokowi Orang Hebat

Berita Lainnya