Opini

Kristanto : Anies Dikerjai JK dan Sandiaga

Indah Pratiwi - 16/02/2023 09:55
Oleh: Purnawan Kristanto

Publik sedang hangat membicarakan adanya surat utang Anies Baswedan ke Sandiaga Uno senilai Rp 50 miliar. Soal surat utang ini awalnya diungkap oleh Wakil Ketua Umum Partai Golkar Erwin Aksa.

Pernyataan Erwin dilontarkan dalam Youtube Akbar Faizal Uncensored yang diunggah pada Ahad, 5 Februari 2023.

Surat yang berjudul Surat Pernyataan Pengakuan Hutang II itu ditandatangani oleh Anies di atas materai 6000 pada 6 Februari 2017.

Ada 7 poin dalam surat itu, akan tetapi yang paling menarik adalah poin kelima. Disebutkan bahwa surat hutang itu dibuat karena Erwin Aksa (baca JK) gagal menyediakan dana kampanye yang dijanjikannya dalam pertemuan antara PKS dan Gerindra. Siapakah Erwin Aksa? Erwin Aksa adalah politisi Golkar yang menjadi tangan kanan Jusuf Kala (JK).

Supaya mesin politiknya tetap berjalan maka Anies terpaksa berhutang. Di sinilah kecerdikan JK sebagai politisi kawakan patut diacungi jempol. Meski kenyataannya dia batal menyetor iuran untuk dana kampanye pilkada DKI, akan tetapi publik masih menyangka bahwa JK adalah penyokong utama Anies. Padahal kenyataannya JK tidak keluar dana. Di sini JK telah menang banyak.


Tidak hanya JK yang berhasil mengelabuhi Anies. Sandiaga pun sukses mengakali Anies. Dalam surat perjanjian itu, Anies meminjam uang dari Sandiaga Uno padahal mereka bersama-sama berpasangan dalam kontestan pilkada DKI. Ibaratnya suami yang harus meminjam uang kepada istrinya.

Kalau disimak, syarat perjanjiannya aneh. Kalau mereka menang, maka Sandiaga akan menghapus hutang Anies. Akan tetapi kalau kalah, maka Anies harus membayar hutang itu secara pribadi. Hanya Anies yang wajib menanggung hutang. Sandiaga tidak. Padahal kalau menang, Sandiaga ikut menang.

Pihak Anies, melalui Hendri Satrio, berkilah bahwa klausul itu sengaja dibuat oleh Anies untuk membuat kebiasaan baru.

Hendri Satrio berlata, “Biasanya kalau orang ngutang itu buat pilkada pokoknya menang balikin. Kalau kalah tanggung ramai-ramai. Ini mas Anies enggak gitu. Dia ubah kebiasaannya. Kalau kalah dia ganti, tapi kalau menang selesai utangnya. Lunas dianggapnya.” Begitu jelas Hendri.


Seperti biasanya, Anies memang jagonya dalam menata kata-kata sehingga alasannya terdengar mulia.

Akan tetapi kalau dicerna dengan masak-masak, Anies sebenarnya masuk ke dalam perangkap Sandiaga Uno. Sebab apa pun hasil akhirnya, Sandiaga yang menang.

Coba pikirkan sejenak dalam sudut pandang Sandi. Seandainya mereka menang, maka hutang itu akan dihapuskan. Bagi Sandi itu bukan masalah besar karena dia punya uang. Sejak semula dia memang sudah menyisihkan uang untuk dibakar demi kursi wakil gubernur itu.

Jika mereka kalah dalam pilkada, maka dia sudah menyiapkan sekoci penyelamatnya yaitu dengan mengalihkan beban kepada Anies. Jadi meski kecewa karena kalah dalam pilkada, maka Sandiaga tidak akan kalah banyak sebab masih bisa menagih hutang kepada Anies.

Untunglah mereka menang sehingga Anies tidak perlu menanggung beban hutang kampanye dari kantong pribadinya. Akan tetapi dari surat hutang ini kita tahu sekarang bahwa yang paling beruntung adalah JK dan Sandiaga.

Terbongkarnya surat hutang ini seolah membuk kotak pandora.

Di sini kita melihat bahwa Anies adalah sosok yang polos. Mudah dikerjai dengan dibungkus dengan alasan yang mulia. Dunia politik itu berliku dan penuh strategi. Untuk memasukinya tidak hanya bisa berbekal ketulusan, tetapi juga kecerdikan. Ada pepatah, hendaknya kita tidak hanya tulus seperti merpati, tetapi juga harus cerdik ular. Kini, dengan beredarnya surat pengakuan utang Anies, maka kita dapat merevisi pepatah itu: “Hendaknya kita tulus seperti merpati dan cerdik seperti ular, tetapi jangan terlalu polos seperti Anies.”

(Sumber: Facebook Purnawan Kristanto)

TAG TERKAIT :
Anies Capres Pembohong Anies Capres Terbodoh Anies Capres Kadrun Anies Ngutang Anies Ngutang 50 M Anies Capres Tukang Utang Capres Tukang Utang Anies Capres Tukang Ngutang

Berita Lainnya