Sebagai jurnalis, dalam melakukan pekerjaan lapangan, yaitu meliput peristiwa atau melakukan wawancara dengan narasumber, saya selalu membiasakan diri untuk tidak mudah cepat takjub, terpukau, atau terpana yang membuat terlena, sehingga lupa tugas utama: MENGABADIKAN MOMEN PENTING.
Adalah guru jurnalistik saya semasa menimba ilmu di pusat pendidikan Harian Kompas, Luwi Ishwara, yang mewanti-wanti hal itu dengan contoh konkret sebagai berikut:
“Kalau kalian suatu waktu ditugaskan meliput jalannya pertandingan bulutangkis atau tinju, jangan larut dengan peristiwa itu, apalagi terbawa emosi karena kalian mendukung salah satu pemainnya. Catat dan abadikan momen penting, jangan mengingat-ingat jalannya peristiwa saat kalian menulis!”
Demikianlah, kami para peserta didik jurnalistik Harian Kompas digembleng para guru kami, antara lain Polycarpus Swantoro, Rumhardjono, dan Luwi Ishwara yang sangat keras mendidik kami tentang keharusan menulis “straight news” saat menulis berita. Baginya, haram hukumnya opini pribadi mengotori fakta yang ditulis dalam berita.
Jujur, sayalah peserta didik yang paling kena semprot Pak Luwi karena berlatar belakang menulis fiksi (cerpen maupun cerbung) dan artikel opini sebelumnya. “Bahasamu mendayu-dayu” atau “kalimatmu berbunga-bunga” sering saya dengar. Alhasil, lembar latihan menulis berita yang diketik menggunakan mesin tik Olivetti dan ditempel di dinding kelas itu penuh coretan spidol merah.
Saya beruntung sebagai salah satu peserta didik sebelum dinyatakan lulus dan meliput di lapangan berbagai bidang liputan (beat) dan dari Pak Luwi pulalah saya mendapat pelajaran penting bahwa seorang wartawan jangan mudah terpesona atau terpukau dengan sebuah peristiwa, tetapi harus selalu sigap mengabadikan peristiwa itu baik dengan kamera (yang diwajibkan untuk dibawa, minimal kamera saku) atau mencatat detail jalannya peristiwa.
Wejangan Pak Luwi bukan hanya bermanfaat saat latihan meliput bulutangkis langsung antara Alan Budikusuma melawan Ardy BW saat itu. Siapa yang tidak terpukau menonton dua pebulutangkis yang biasa saya tonton di televisi, sekarang bisa menatapnya langsung dari dekat?
Jika menuruti kata hati dan hobi, saya sudah menikmati saja jalannya permainan smash dan lob mereka yang datang silih berganti, menerbitkan tepuk tangan penonton, apalagi ini momen berharga.
Tetapi wejangan Pak Luwi demikian menancap. Saya berusaha untuk tidak terpesona atau terpukau, saya catat jalannya peristiwa (baca: pertandingan): berapa kali Alan melakukan “jumping smash” dari sudut belakang, berapa kali Ardy melakukan kesalahan dalam permainan net, atau pada saat kedudukan berapa Alan melakukan protes kepada wasit dan karena apa dia protes.
Hasil catatan pandangan mata itulah yang kemudian saya jadikan bahan tulisan.
Ketika saya mendapatkan kenyataan bahwa Alan melakukan empat kali protes kepada “umpire”, misalnya, maka saya menulis teras berita (lead) sesuai fakta yang saya catat, “melancarkan protes empat kali kepada wasit, Alan Budikusuma tetap kalah saat melawan Ardy BW”.
Ini sekadar contoh saja. Bayangkan kalau saya hanya terpukau dan terpana tanpa mencatat atau “mengabadikan” peristiwa itu, “lead” atau pembuka tulisan berita seperti itu tidak akan ada.
Demikian pula setelah benar-benar terjun di lapangan, misalnya saat meliput kerusuhan Mei 1997 atau penyerangan kantor PDI di Jalan Diponegoro pada 27 Juli 1996, jika hanya terpana atau terpukau menyaksikan kejadian tanpa mencatatnya, maka saat peristiwa kerusuhan itu akan lewat begitu saja.
Wartawan jangan sampai kalah oleh warga yang keingintahuannya sedemikian besar, sampai-sampai mereka mendekat ke lokasi saat ditembak matinya teroris oleh Densus 88, seolah-olah tidak ada takutnya.
Apalagi tugas Anda sebagai wartawan merekam, mengabadikan untuk kemudian menyiarkan peristiwa demi peristiwa yang memiliki nilai berita tinggi (penting atau menarik). Jangan hanya puas jadi wartawan yang “memungut” dan “mengais-ais” berita dari “peristiwa” yang terjadi di media sosial. Itu sih “content creator” namanya!
(Sumber: Facebook Pepih N)
Opini 09/06/2023 01:05
Opini 06/06/2023 01:14
Opini 26/05/2023 02:42
Opini 23/05/2023 00:15
Opini 22/05/2023 06:51
Opini 17/05/2023 15:06
Opini 16/05/2023 13:39
Opini 16/05/2023 09:05
Opini 12/05/2023 00:30
Opini 07/05/2023 13:22
Opini 06/05/2023 15:34
Opini 04/05/2023 14:44
Opini 03/05/2023 16:55
Opini 02/05/2023 14:54
Opini 20/04/2023 10:30
Opini 18/04/2023 22:17
Opini 18/04/2023 18:30
Opini 18/04/2023 00:25
Opini 17/04/2023 20:39
Opini 14/04/2023 12:30