Gandengan tangan erat Jokowi dan Megawati pada Rakornas PDIP III, menambah kesan hangat keluarga banteng bermoncong putih itu. Kasih sayang ibu tidak akan luntur hanya karena beda pendapat ataupun provokasi kecil yang ditimbulkan para haters di luar sana.
Dari penyambutan, interaksi sang presiden bersama capres di partai naungannya, Ganjar Pranowo, sudah banyak mencuri atensi publik. Bukan jabat tangan yang sebentar, karena dalam salaman tersebut ada obrolan singkat yang mengundang senyum hangat Jokowi dan Ganjar.
Dalam kesempatan itu, Jokowi memperlihatkan dukungan penuh kepada kawan seperjuangannya untuk meneruskan pengabdiannya.
Bagi seorang Jokowi yang kini sudah hampir menamatkan perjalanan Indonesia menuju jalur kemajuan, Ganjar adalah paket komplit dari seorang pemimpin. Dia ini nantinya yang diyakini, bisa membawa Indonesia berkumpul dengan negara-negara terdepan di luar sana.
Eks wali kota Solo itu kembali menekankan suaranya kali ini, bahwa prioritas yang dimiliki seorang pemimpin adalah keberanian, ketegasan dan bernyali. Hal tersebut ditemukan Jokowi pada diri seorang Ganjar.
Tidak sekali dua kali Jokowi mengungkapkan cluenya dengan jelas bin terang seperti ini. Sudah berkali-kali. Mulai dari fenomena rambut putih yang dibuat di hadapan relawannya, pesan menghindari politik SARA saat bertemu dengan Suku Dayak, kebersamaannya bersama Ganjar saat kunjungan kerja di Jateng, hingga lemparan pujian pemimpin merakyat dan berideologi tinggi pada deklarasi capres PDIP.
Tidak salah lagi, karena Jokowi sudah berterus terang menyebutkan nama Ganjar. Fakta kembali ditemukan, yang membuat heboh dan panik partai lain adalah Jokowi bukan hanya mengatakan untuk kader mocong putih saja. Namun di hadapan awak media yang sudah menyebarkannya ke publik.
Walau dengan versi yang berbeda, tapi intinya tetap sama, yakni Jokowi mencari capres yang nanti dapat melanjutkan usahanya membawa negara ini maju. Dan ya, yang dirasa lebih dari cocok hanyalah Ganjar.
Pemimpin yang berani, tegas, dan bernyali tidak melulu berpangkat tinggi di dunia militer. Nyatanya Jokowi dari rakyat kecil, bisa menindaklanjuti kaum radikal yang mengancam keutuhan NKRI.
Ormas yang kental akan intoleransi dan berpaham radikal dibubarkan olehnya. Sedangkan mereka yang di barisan militer, justru diam saja membiarkan radikal tumbuh subur di sini. Bahkan kawan yang dulu lawan juga rela berteman dan merangkul kaum radikal, demi mendapatkan posisi tertinggi.
Pun dengan Ganjar yang mengambil keputusan tegas, untuk memecat para kepala sekolah yang ikut serta memupuk paham radikal di lingkungannya. Siapapun mereka yang menentang keberadaan Pancasila dan menolak pengamalannya, maka artinya mereka siap direhabilitasi atau di cut dari jabatannya.
Jokowi dan Ganjar adalah pemimpin yang mengangkat Pancasila tinggi, bukan hanya dalam lisan tapi juga penerapan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kesamaan gaya dalam memimpin itu yang membuat yakin rakyat untuk melabuhkan hati pada Ganjar. Tingkat kepuasan rakyat terhadap kinerja Jokowi selama ini, menjadi sumber sekaligus dasar acuan siapa pemimpin yang lebih dari mampu membawa mereka ke jalur sejahtera.
Tapi ada orang-orang yang masih bergerak mempengaruhi pilihan rakyat. Mereka ini yang bersembunyi di balik jubah relawan pro-Jokowi, tapi menggiring rakyat ke suara yang tidak disiarkan sang presiden.
Bukannya mendukung, mereka justru membelokkan seruan Jokowi ke arah lain. Jika seperti ini cara mengemudinya, aku kembali bertanya-tanya mereka itu barisan pendukung Jokowi atau pembenci Ganjar? Suka pada Jokowi tapi tidak mendukung apa pilihannya, sama saja bohong dong!
Politik 02/10/2023 18:16
Politik 02/10/2023 17:44
Politik 02/10/2023 13:30
Politik 02/10/2023 12:00
Politik 02/10/2023 10:55
Politik 30/09/2023 10:57
Politik 29/09/2023 22:39
Politik 29/09/2023 20:50
Politik 29/09/2023 19:54
Politik 29/09/2023 19:40
Politik 29/09/2023 16:47
Politik 29/09/2023 12:00
Politik 29/09/2023 09:43
Politik 29/09/2023 09:16