Beritacenter.COM - Seusai Muhaimin Iskandar alias Cak Imin hengkang dari Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR), Prabowo Subianto sejauh ini bersikap tenang-tenang saja menghadapi turbulensi di pesawat koalisinya karena kehadiran dua awak lainnya, Golkar dan PAN. Cak Imin menakhodai PKB, sementara Prabowo mengendalikan Gerindra.
Setelah kurang lebih setahun berjalan, KKIR akhirnya bubar setelah Cak Imin memantapkan hati untuk berpaling ke Koalisi Perubahan (KP) di mana di sana menunggu Anies Baswedan sebagai capres. Tidak tanggung-tanggung, ia langsung didapuk sebagai cawapres, posisi yang diincarnya dengan tawaran tertinggi sebagai capres.
Cak Imin tega meninggalkan KKIR yang kini berganti nama menjadi Koalisi Indonesia Maju (KIM) karena Prabowo tidak kunjung meminangnya sebagai cawapres. Hanya HP (harapan palsu) yang Cak Imin dapatkan, belum sampai pada pengkhianatan. Beberapa saat setelah KKIR berganti nama menjadi KIM karena masuknya Golkar dan PAN, Cak Imin pun hengkang.
Kini pasangan pertama bakal capres-cawapres sudah terbentuk, yaitu “Acakin” (Anies-Cak Imin), meningalkan Ganjar Pranowo yang harus dicarikan siapa pendampingnya oleh Megawati “Ibu” Soekarnoputri dan Prabowo yang harus mencari siapa bakal pendampingnya.
Selepas Cak Imin melarikan diri tanpa permisi ke KKIR dan langsung terbang ke Surabaya untuk deklarasi capres-cawapres bersama Anies, sesungguhnya Prabowo ada dalam posisi rentan serentan-rentannya. Bahkan saking rentannya, Prabowo bisa gagal “nyapres” di Pilpres 2024 ini.
Mengapa? Bukankah ini sebentuk kekhawatiran berlebihan yang tak masuk akal? Bukankah di KIM sudah ada Golkar, PAN dan PBB?
Jangan salah mengira, Cak Imin juga yang semula dikira anak manis tiba-tiba menjadi pendamping Anies. Itulah susahnya memelihara “anak macan”. Selagi kecil memang lucu, tapi besar sedikit mulai main cakar dan tidak jarang menerkam tuannya sendiri jika sudah besar dan bertenaga.
Kini kamerad Prabowo adalah dua partai parlemen dan beberapa partai non parlemen. Di sinilah titik kritisnya!
Lho kok bisa? Ya bisa, karena masing-masing partai sekoci di KIM itu justru mendorong secara bersamaan masing-masing jagoan cawapresnya!
Golkar sudah pasti menyodorkan Airlangga Hartarto, ketua umum partai beringin yang tidak laku dijual karena elektabilitasnya yang tak kunjung naik. PAN menawarkan Erick Thohir yang bertindak selaku bohir tajir melintir karena tahu diri ketua umumnya tidak bisa dijual juga. Sementara PBB meski bukan partai parlemen, dia punya Yusril Ihza Mahendra yang juga merasa pantas sebagai pendamping Prabowo.
Tiga kandidat cawapres sekaligus, pusing bukan?
Titik kritis Prabowo terletak pada kerentanannya saat menentukan cawapres. Berkaca pada Demokrat yang hengkang dari KP karena lebih memilih Cak Imin ketimbang Agus Harimurti Yudhoyono, posisi bin kondisi serupa sangat mungkin terjadi di tubuh KIM.
Benar bahwa salah satu hengkang, semisal PAN atau Golkar, Presidential Threshold 20 persen masih bisa tercapai. Tetapi jika PAN dan Golkar kompakan hengkang karena tidak tercapai kesepakatan, maka dipastikan Prabowo gagal “nyapres”.
Untuk itulah, mengapa saat ini PAN dan Golkar justru berada di atas angin, sementara Prabowo berada di posisi yang lemah dan rentan. Prabowo harus terus membujuk dan “ngewongke” kedua kameradnya itu, memastikan jangan sampai salah satu atau keduanya hengkang seperti Cak Imin.
Menyerahkan kursi cawapres kepada salah satu anggota koalisi sangat berisiko, sebagaimana terjadi pada KP saat memilih Cak Imin. Prabowo lebih nyaman dan aman jika memilih cawapres di luar anggota KIM untuk memenuhi rasa keadilan. Siapa yang bakal menjadi cawapresnya? Masih tanda tanya besar.
Bahkan ketika “deal” berupa “gizi dan kursi menteri” tidak tercapai kata sepakat di KIM, Golkar dan PAN bisa tiba-tiba merapat ke salah satu koalisi yang sudah terbentuk: KP dan PDIP.
Maka, tinggallah Prabowo ditinggalkan sendirian di saat partai-partai lain sudah saling mengunci diri dan menutup pintu rapat-rapat untuk ajakan koalisi.
Ini sangat mungkin terjadi dengan catatan Demokrat tidak bergabung ke KIM.
(Sumber: Facebook Pepih Nugraha)
Politik 25/09/2023 14:34
Politik 25/09/2023 12:10
Politik 23/09/2023 16:18
Politik 22/09/2023 20:20
Politik 22/09/2023 19:16
Politik 22/09/2023 17:10
Politik 22/09/2023 16:08
Politik 22/09/2023 10:39
Politik 22/09/2023 10:00