Beritacenter.COM - Menjadi seorang pemimpin itu yang utama adalah kondisi kesehatannya. Orang umum saja, kalau sakit susah mau mikir. Apalagi kesana-kemari, sudah badan sakit pikiran pun menjadi terganggu. Maka yang utama memang sehat jasmani rohani, fisik dan mental, jiwa maupun raganya.
Prabowo Subianto, satu-satunya capres yang berkepala 7, sudah tergolong lansia bukan di umurnya yang segitu? Saat menghadiri acara Mata Najwa, saya bertanya-tanya karena ada perbedaan yang nampak jelas di depan mata. Tentang adanya properti tambahan berupa podium, untuk apa disaat dua capres lainnya mempresentasikan gagasan yang dibawanya dengan bergerak lincah keliling panggung.
Lalu saat Prabowo berdiri dari duduknya, cara berjalannya sudah sebelas-dua belas dengan Biden yang butuh keseimbangan dan “need a help please” sebagai pegangan. Bahkan jauh hari sebelum itu Prabowo membutuhkan sebuah tongkat untuk menikmati weekendnya.
Sebetulnya saya tidak ingin mendeskriminasikan bagaimana kebugaran masing-masing bacapres. Tapi di sini kita mencoba untuk lebih realistis menanggapi hal yang sudah terjadi. Usia lanjut juga dapat mempengaruhi cara berpikir seseorang, apalagi dalam posisinya sebagai kepala negara.
Guru, PNS, bahkan TNI pun juga punya masa pensiunnya dengan umur di bawah 70 tahun. Yang namanya pensiun, alasannya karena produktifitas daya pikir dan fisiknya sudah banyak berkurang. Artinya kontribusinya menurun hingga membuat pekerjaan lamban progresnya.
Bukankah sebaiknya Prabowo juga seharunya menikmati waktunya untuk bersantai di usianya? Lalu kenapa masih memilih ngeyel pengen jadi presiden negeri ini? Lihat saja gagasan Prabowo, hanya berkutat pada janji manis penggratisan berbagai fasilitas, disaat negara sedang menjalankan strategi untuk memenage kondisi ekonominya.
Gagasan Prabowo terlihat usang dan penuh debu karena nilai visionernya tenggelam, dengan proyek minum susu gratis miliknya dahulu yang kini diupdate lagi. Alasan lain bagaimana dia tidak memiliki jiwa visioner sebagai pemimpin, saya lihat dari masalah yang coba disodorkan Najwa Shihab dalam pemaparan gagasan bacapres pekan lalu.
Pemimpin bukan hanya penggagas, tapi juga problem solver bagi permasalahan yang timbul di tengah rakyatnya. Untuk itu dibutuhkan pemikiran yang menjangkau semua hal, agar menemukan solusinya dan dieksekusi langsung tanpa menunggu waktu lagi.
Nah hal tersebut belum ditemukan pada diri Prabowo. Belum lagi saat dia dihadapkan dengan kondisi masyarakat di perdesaan. Dia bukanlah tipe pejabat yang suka berlama-lama berdekatan dengan kalangan kecil.
Lihat saja interaksinya bersama mereka bisa dihitung momennya. Ketika menjelang pilpres saja. Padahal untuk memajukan negara, perlu pembangunan dari akar rumput terbawah, dan itu dari organisasi terkecil negara ini yakni desa.
Apa kontribusi Prabowo di perdesaan? Diberi amanah untuk mengerjakan Proyek Strategis Negara dalam pengadaan lumbung pangan saja dia gagal, dan kini lahannya mangkrak. Bagaimana caranya akan memajukan, jika diuji dengan amanah saja tidak terlaksana yang baik?
Saya sangsi Prabowo bisa menjalankan amanah besarnya dengan baik. Karena selain kemampuannya kurang, umur membuatnya tidak kuat jika dihadapkan dengan berbagai masalah warga Indonesia. Contohnya tadi, pola pikirnya sudah menurun untuk sekedar memikirkan solusi yang dihadapi rakyat. Apalagi nanti saat dia harus berkeliling kesana-kemari mengunjungi warganya, belum lagi saat dinas dan menghadiri acara-acara besar di luar negeri.
Yakin fisiknya tidak gempor? Takutnya seperti Biden sering mengalami insiden kepeleset karena kesehatannya berkurang, yang akhirnya menjadi sorotan dunia.
Sesuatu itu tidak bisa dipaksakan. Pun dengan kesehatan yang menurun, tidak boleh berambisi keras ngeyel pengen berkuasa karena umur menjadi pengaruh mampu tidaknya menjalankan pemerintahan dengan kondisi fisik yang tidak lagi fit.
Politik 10/12/2023 13:54
Politik 10/12/2023 12:45
Politik 08/12/2023 15:00
Politik 08/12/2023 13:23
Politik 08/12/2023 12:28
Politik 07/12/2023 19:37
Politik 07/12/2023 16:17
Politik 07/12/2023 14:15